Make Up

TW : Make Out

Setelah membaca pesan Sabian di chat, gue menoleh ke arah kiri dan mendapati Sabian yang sedang berjalan ke arah gue. I hate him so much right now but he's so fine wearing all black outfit.

“Hai,” sapanya sambil merengkuh gue ke pelukannya.

Salah satu sifat Sabian yang nggak gue suka – pretend like nothing happened.

“Mobil siapa?” tanya gue begitu kita udah duduk di dalam mobil.

“Kantor.” jawab Sabian sambil menyalakan mesin mobil. “Can I take you somewhere?

Sure.


Sekitar kurang lebih satu jam, gue dan Sabian sampai di Pelabuhan Sunda Kelapa. He sure knows my favorite – Sea.

Sabian menghela napas sebelum berkata, “Sienna, aku minta maaf. For everything I did wrong you wrong, everything.

“Ada satu waktu, kemarin, dimana aku bahkan ngerasa kayak nggak kenal kamu Sab.” gue melepas seat belt dan sedikit memundurkan jok gue ke belakang.

I know, I'm sorry.” Sabian mengusap wajahnya kasar. “Aku udah cut off semua hal yang berhubungan sama dia. Aku minta maaf, Sienna. Aku nggak berpikir panjang, I was impulsive. It won't happen again, aku nggak mau bilang janji karena trust issues kamu pasti makin tinggi – but I'll do everything in my power to make you happy – to make you the happiest. Dan kamu nggak harus maafin aku sekarang. Fuck, I love you, Sienna. Like love love love you, I wish I could explain. I hate that I hurt you. I fucking hate it – “

“Sab,” gue berusaha nurunin tangan dia yang nutupin wajahnya. “udah.”

Gue melepas seat belt Sabian dan narik dia ke pelukan. Mengusap-usap punggung kokohnya pelan.

I miss you.” bisiknya pelan sebelum menarik diri dari pelukan gue.

Yang terjadi kemudian adalah bibirnya mengecup pelan bibir gue – I have a weak spot for his lips and I hate it. Kecupan singkatnya perlahan berganti menjadi lumatan, begitu sadar gue membalasnya, dia memundurkan sekaligus menurunkan seat-nya dan menarik gue untuk berpindah posisi ke pangkuannya.

Lengan Sabian memeluk pinggang gue erat, bibirnya kembali melumat bibir gue – kali ini sedikit menuntut. Gue merasakan pangkal paha kami bergesek, yang membuat desahan kecil keluar dari bibir masing-masing.

“Sab,” ucap gue pelan diantara ciuman kami, “people can see us.

“Shhh, that's why I park the car behind these containers.

This mother fucker came prepared.